Breakingnewsjabar.com – KOTA BANDUNG | Kota Bandung menunjukkan tren inflasi yang terkendali di awal tahun 2025, meskipun sejumlah tantangan ekonomi masih perlu diwaspadai, terutama menjelang Perayaan Hari Besar Nasional (PHBN) Idulfitri 1446 H. Salah satu isu utama yang menjadi sorotan adalah potensi kenaikan harga pangan, terutama komoditas strategis seperti cabai rawit, bawang merah, dan ayam.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) sekaligus Kaprodi S2 Ekonomi Pertanian Unpad, Iwan Setiawan, mengatakan bahwa inflasi pangan di Bandung menjelang PHBN diperkirakan berkisar antara 4-6%. Pasokan pangan di kota ini masih sangat bergantung pada impor, dengan persentase mencapai 94-96%.
“Kota Bandung mengonsumsi sekitar 25-30% dari total pasokan, sementara 70-75% diekspor ke luar kota dalam bentuk segar,” ujar Iwan pada High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Bandung di Pendopo Kota Bandung, Kamis (6/3/2025).
Tren konsumsi pangan di Kota Bandung juga menunjukkan dominasi produk segar, dengan proporsi mencapai 80-90%, sementara sisanya merupakan produk olahan. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah potensi kenaikan harga cabai rawit akibat efek menjalar dari daerah lain. Hal ini bisa dipicu oleh sentimen pasar yang melihat adanya kelangkaan di beberapa wilayah.
Selain itu, beberapa komoditas seperti bawang merah dan cabai berisiko mengalami kelangkaan akibat spekulan yang membawa komoditas keluar dari Jawa Barat. Untuk mengantisipasi hal ini, TPID menekankan pentingnya menjaga rantai distribusi, terutama untuk ayam, cabai rawit, dan bawang merah.
“Kondisi musim saat ini cukup kondusif, sehingga produksi pangan masih terjamin. Pemerintah juga akan mengintensifkan operasi pasar di berbagai wilayah untuk menjaga stabilitas harga,” tambah Iwan.
Ia juga mencermati lonjakan permintaan pasca-PHBN, terutama dari UMKM yang mengolah bahan pangan seperti telur dan terigu. Selain itu, dengan diberlakukannya kebijakan Masyarakat Berbasis Geospasial (MBG) di Kota Bandung dan Bandung Raya, diperkirakan akan ada dampak terhadap ketersediaan pangan pokok, termasuk yang bersifat inferior.
Oleh karena itu, TPID akan terus memantau pergerakan harga dan pasokan pangan di lapangan untuk mengantisipasi potensi kelangkaan. Masyarakat diimbau untuk tetap bijak dalam konsumsi, serta tidak melakukan panic buying yang dapat memperburuk situasi di pasar.
Sementara itu, pengamat ekonomi Acuviarta Kartabi menyoroti bahwa menjelang PHBN, harga pangan menjadi perhatian utama. Meskipun Presiden Prabowo telah berjanji menjaga stabilitas harga pangan, laporan di lapangan menunjukkan kenaikan harga bahan pokok seperti beras, bawang putih, dan cabai hingga 110%.
Di sisi lain, operasi pasar yang digencarkan pemerintah diharapkan dapat mengendalikan spekulasi harga dan memastikan pasokan tetap terjaga, terutama untuk komoditas strategis seperti cabai rawit, bawang merah, ayam, dan telur.
Untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah tantangan ini, pemerintah dan pelaku usaha disarankan untuk mengambil langkah-langkah strategis, antara lain:
- Menjaga distribusi pangan agar tetap lancar.
- Memperkuat UMKM sebagai penopang ekonomi lokal.
- Melakukan koordinasi lintas pemerintahan untuk memastikan kebijakan yang tepat.
- Menguatkan sektor perdagangan dan pariwisata sebagai motor pertumbuhan ekonomi.
“Dengan strategi yang tepat, Kota Bandung diharapkan dapat menjaga inflasi tetap terkendali dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang stabil sepanjang 2025,” pungkas Acuviarta.
Sumber : Humas Kota Bandung

