Breakingnewsjabar.com – KOTA BANDUNG | Mereka bukan tentara di medan perang, tetapi tugasnya tak kalah penting. Tanpa orang yang satu ini, entah berapa nyawa yang harus meregang.
Achmad Harisman Trisopiana, petugas Penjaga Palang Lintas (PJL) KAI di Braga, Kota Bandung, adalah salah satu dari banyak “pahlawan” yang memastikan keselamatan di setiap perlintasan kereta api.
Sejak 2014, ia setia menjalankan tugasnya, terutama di momen Lebaran yang penuh tantangan.
Lebaran menjadi momen krusial bagi petugas PJL. Jadwal perjalanan kereta api semakin padat, dan beberapa kereta tambahan seperti melintas tanpa sesuai jadwal reguler.
“Kami harus benar-benar siaga, karena kereta bisa datang kapan saja. Dan keselamatan pengguna jalan ada di tangan kami,” katanya, Senin (31/3/2025).
Sayangnya tak semua pengguna jalan menghargai tugas mereka dan terkadang egois tanpa memilirkan keselamatan diri.
“Kadang sudah diberi peringatan, tapi masih ada yang nekat menerobos atau bahkan mengangkat palang pintu,” ucapnya.
Sikap seperti ini menjadi tantangan tersendiri bagi petugas PJL yang hanya ingin memastikan semua selamat.
Menjadi petugas PJL berarti harus selalu siap siaga, bahkan ketika orang lain menikmati waktu bersama keluarga.
Saat orang-orang merayakan Lebaran, Achmad dan rekan-rekannya justru semakin sibuk. Meski begitu, ia tetap bersyukur.
“Alhamdulillah, selama saya bertugas, semuanya berjalan aman dan lancar,” ujarnya.
Baginya, tugas ini adalah bentuk pengabdian.
“Saya hanya ingin semua selamat. Itu saja sudah cukup,” katanya dengan penuh ketulusan.
Sebagai seseorang yang melihat langsung betapa bahayanya perlintasan jika tidak dipatuhi, Achmad berpesan kepada para pemudik untuk selalu mengutamakan keselamatan.
“Hati-hati di jalan, jangan menerobos palang pintu, dan ingatlah bahwa keluarga menunggu di rumah,” ucapnya.
Di akhir perbincangan, ia mengucapkan selamat Idulfitri 1446 H.
“Mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua diberikan keselamatan dalam setiap perjalanan,” ujarnya.
Achmad Harisman Trisopiana mungkin bukan pahlawan dalam cerita besar sejarah, tapi bagi setiap nyawa yang selamat di perlintasan kereta, ia adalah pahlawan yang sesungguhnya.
Tugas Achmad sebagai petugas PJL bukan tanpa risiko. Setiap harinya, ia harus berhadapan dengan situasi yang tak terduga, terutama saat momen-momen padat seperti Lebaran. Dalam kondisi tersebut, ia harus sigap mengantisipasi potensi kecelakaan di perlintasan kereta api.
Salah satu tantangan terbesar adalah perilaku pengguna jalan yang sering kali kurang disiplin. Banyak pengendara yang mencoba menerobos meskipun palang pintu sudah ditutup, bahkan ada yang nekat mengangkat palang secara paksa.
“Kami sering kali harus berteriak, membunyikan bel, atau bahkan mengejar pengendara yang nekat. Risikonya sangat besar, karena kereta bisa datang kapan saja,” ungkap Achmad.
Namun, ia tetap teguh menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Baginya, keselamatan masyarakat adalah prioritas utama.
Selama bertahun-tahun bekerja sebagai petugas PJL, Achmad harus rela melewatkan momen-momen penting bersama keluarga. Di hari raya seperti Lebaran, saat orang-orang berkumpul dengan sanak saudara, ia malah berjaga di posnya demi memastikan keselamatan semua orang.
“Ada sedihnya juga, terutama saat anak-anak bertanya kenapa ayah tidak bisa ikut salat Id atau makan bersama. Tapi alhamdulillah, keluarga selalu mendukung dan memahami tugas saya,” tuturnya.
Meski demikian, Achmad merasa bangga bisa berkontribusi langsung pada keselamatan masyarakat. Ia menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekadar pekerjaan, melainkan sebuah amanah yang harus dijalankan dengan sepenuh hati.
Melalui pengalamannya selama bertugas, Achmad berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya tertib berlalu lintas, terutama di perlintasan kereta api. Ia menekankan bahwa palang pintu dan peringatan yang diberikan petugas bukanlah hal yang bisa diabaikan begitu saja.
“Kereta api tidak bisa berhenti mendadak. Jika ada yang menerobos, risikonya sangat fatal. Oleh karena itu, patuhi aturan dan jangan egois,” pesannya.
Ia juga berharap agar perlintasan kereta api di Kota Bandung dan sekitarnya dapat dilengkapi dengan fasilitas keamanan yang lebih baik, seperti penambahan rambu-rambu, lampu peringatan, dan sistem otomatisasi yang lebih canggih.
Achmad Harisman Trisopiana adalah contoh nyata bahwa pahlawan tidak selalu hadir dalam sosok yang gemerlap. Ia bekerja di balik layar, memastikan keselamatan ribuan orang tanpa banyak bicara. Dedikasi dan ketulusannya dalam menjalankan tugas patut diapresiasi oleh masyarakat.
Di tengah hiruk-pikuk arus mudik dan balik Lebaran, Achmad dan rekan-rekannya tetap berdiri kokoh di posnya, menjaga agar setiap perjalanan berlangsung aman dan lancar.
“Semoga apa yang kami lakukan bisa bermanfaat bagi semua orang. Itu saja sudah lebih dari cukup bagi saya,” pungkasnya dengan senyum tulus.
Sumber: HumasJabar @ Diskominfo Kota Bandung

