Breakingnewsjabar.com – Banjir bandang yang melanda kawasan Cisarua, Puncak, Kabupaten Bogor, akibat meluapnya Sungai Jayanti menjadi perhatian serius Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Menurutnya, kejadian ini tergolong tidak wajar dan memerlukan investigasi mendalam untuk mengetahui penyebab utamanya.
Dedi menegaskan bahwa praktik alih fungsi lahan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) di kawasan Puncak harus segera dihentikan. Data yang diperolehnya menunjukkan bahwa lebih dari 1.000 hektar lahan perkebunan teh telah beralih fungsi, yang berpotensi merusak ekosistem serta meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir bandang.
Menurut Dedi, sejak era kolonial Belanda, kawasan Puncak ditanami pohon teh bukan hanya untuk tujuan ekonomi, tetapi juga sebagai bagian dari upaya konservasi lingkungan. Ia menekankan bahwa keberlanjutan lingkungan harus menjadi prioritas utama dibandingkan dengan keuntungan ekonomi jangka pendek.
“Saya kembali menegaskan bahwa semua aktivitas alih fungsi lahan di Puncak harus dihentikan. Kelestarian lingkungan jauh lebih penting dibandingkan kepentingan ekonomi,” tegasnya dalam unggahan di akun Instagram resminya, @dedimulyadi71.
Sebagai langkah lanjutan, Dedi berencana mengundang seluruh jajaran PTPN dan Perhutani untuk membahas strategi pemulihan lingkungan di Jawa Barat. Ia ingin memastikan bahwa langkah-langkah konkret dapat diambil untuk mengembalikan fungsi lahan di kawasan Puncak sebagai daerah konservasi.
“Kami akan segera mengundang pihak terkait untuk mencari solusi bersama. Kita tidak bisa lagi menunda-nunda penanganan masalah lingkungan ini,” tambahnya.
Dedi juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ia berharap agar semua pihak dapat bekerja sama untuk mencegah terjadinya bencana serupa di masa mendatang.
Dampak Banjir Bandang di Kabupaten Bogor
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor melaporkan bahwa sebanyak 28 desa di 16 kecamatan terdampak bencana hidrometeorologi setelah hujan deras mengguyur wilayah Bogor. Banjir bandang ini tidak hanya merusak infrastruktur seperti jembatan dan jalan, tetapi juga mengganggu aktivitas warga, termasuk anak-anak yang kesulitan bersekolah akibat akses transportasi yang terputus.
BPBD Kabupaten Bogor terus berupaya melakukan penanganan darurat, termasuk evakuasi warga dan perbaikan sementara infrastruktur yang rusak. Namun, mereka juga menekankan perlunya mitigasi jangka panjang untuk mengantisipasi bencana serupa di masa depan.
Dedi Mulyadi berharap agar kejadian ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ia menegaskan bahwa alih fungsi lahan secara sembarangan hanya akan memperburuk kondisi ekosistem dan meningkatkan risiko bencana alam.
“Jika kita tidak segera bertindak, maka bencana seperti ini akan terus terjadi. Mari kita jaga Puncak sebagai aset penting bagi keberlanjutan lingkungan di Jawa Barat,” tutupnya.

