Breakingnewsjabar.com – BANDUNG | Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi , angkat bicara terkait kasus korupsi yang melibatkan perusahaan tekstil ternama, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) . Dalam pernyataan resminya yang diunggah melalui akun Instagram pribadinya @dedimulyadi71 , Kamis (22/5/2025), Dedi menyayangkan pengemplangan kredit besar-besaran yang menyeret nama Sritex dan berdampak langsung pada sejumlah bank, termasuk Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) .
“Sebuah peristiwa yang sangat penting yaitu pengemplangan kredit yang tidak didasarkan pada analisis perlindungan yang kuat sehingga sangat merugikan PT Bank Jabar dan bank-bank lainnya. Tentunya kegiatan ini sangat menyayat hati kita, di saat kita sedang mengalami kesulitan untuk mendapatkan kredit,” kata Dedi dalam video tersebut.
Kasus korupsi ini muncul di tengah kondisi industri tekstil nasional yang sedang lesu. Pelaku usaha tekstil kecil hingga menengah mengeluhkan sulitnya akses pembiayaan dari bank, baik untuk operasional maupun ekspansi. Namun, ironisnya, sebuah korporasi besar seperti Sritex justru berhasil memperoleh dana ratusan miliar tanpa jaminan dan tanpa analisis kelayakan kredit yang memadai.
“Di tengah kerumitan perlengkapan dan kelengkapan yang sangat luar biasa, ternyata masih ada kredit digelontorkan kepada korporasi tanpa jaminan dan kelayakan kredit yang memadai. Apalagi jumlahnya cukup besar yakni ratusan miliar, dan tentunya ini sangat merugikan keuangan dari perbankan kebanggaan masyarakat Jawa Barat,” tegas Dedi.
Sorotan ke Bank BJB: Kredibilitas Tergores?
Bank BJB , sebagai salah satu bank pembangunan daerah yang menjadi kebanggaan warga Jawa Barat, ikut terseret dalam pusaran kasus ini. Dedi Mulyadi secara terbuka menyebut nama bank tersebut dan menyampaikan kekhawatirannya terhadap potensi goyahnya kepercayaan masyarakat. Meski demikian, ia meyakinkan publik bahwa manajemen baru Bank BJB kini diisi oleh sosok-sosok profesional dan kredibel yang diyakini mampu melakukan pembenahan menyeluruh.
“Tetapi semuanya tidak usah khawatir, karena Bank Jabar sudah melakukan perubahan manajemen dan yang hari ini memegang adalah orang-orang profesional dan terpercaya,” ujarnya.
Seruan untuk Reformasi Perbankan Daerah
Dedi menekankan pentingnya reformasi tata kelola perbankan, terutama dalam hal penyaluran kredit. Ia mengimbau agar ke depannya tidak ada lagi praktik kecurangan atau kompromi dalam proses analisis kelayakan kredit, karena dampaknya tidak hanya merugikan keuangan bank, tetapi juga menciderai kepercayaan masyarakat luas.
“Saya berharap kedepannya, peristiwa ini tidak akan pernah terjadi lagi dan berbagai peristiwa masa lalu yang sudah terjadi dapat ter-recovery dengan baik oleh Bank Jabar, dan bank ini dapat tumbuh baik menjadi bank yang melayani kepentingan masyarakat secara luas dan tentunya peduli dengan masyarakat Jawa Barat,” tambahnya.
Harapan Terakhir: Momentum Perbaikan
Mengakhiri pernyataannya, Dedi Mulyadi mengajak semua pihak untuk menjadikan kasus ini sebagai momentum pembelajaran dan perbaikan sistem keuangan di tingkat daerah. Ia menekankan bahwa hanya dengan integritas dan profesionalisme, bank daerah bisa menjalankan fungsinya secara adil dan amanah.
“Untuk itu, semoga kita semua bisa terus melangkah melakukan perbaikan-perbaikan dan menyempurnakan apa yang menjadi kekurangan,” pungkasnya.
Sumber: pikiran-rakyat.com