Breakingnewsjabar.com – KOTA BANDUNG | Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 0,14 persen pada Mei 2025 dibandingkan April 2025. Penurunan ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It ) yang mengalami penurunan lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib ).
Pada Mei 2025, NTP tercatat sebesar 111,87 , turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 112,03 . Penurunan NTP terutama terjadi pada subsektor hortikultura sebesar 3,53 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,50 persen .
“Pada subsektor perikanan, sektor nelayan justru mengalami kenaikan sebesar 0,30 persen , namun sektor pembudidaya ikan turun cukup signifikan hingga 0,80 persen ,” ujar Kepala BPS Jawa Barat, Darwis Sitorus .
Komoditas utama yang menyebabkan penurunan indeks harga diterima petani (It ) adalah cabai rawit , cabai merah , dan bawang merah . Di sisi lain, komoditas yang memengaruhi penurunan indeks harga dibayar petani (Ib ) meliputi cabai rawit , bawang merah , dan daging ayam ras .
Sejalan dengan tren penurunan NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) juga mengalami penurunan sebesar 0,48 persen . Indeks harga diterima petani (It ) turun sebesar 0,35 persen , sementara indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM ) naik tipis sebesar 0,13 persen .
“Penurunan indeks harga diterima petani pada NTUP dipengaruhi oleh komoditas seperti cabai rawit , cabai merah , dan bawang merah . Sedangkan kenaikan BPPBM disebabkan oleh komoditas seperti bibit ayam ras , bibit sapi , dan upah mencangkul ,” tambah Darwis Sitorus.
Di sisi lain, rata-rata harga beras di penggilingan pada Mei 2025 mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen secara month-to-month dan naik 6,02 persen secara year-on-year . Kenaikan ini terjadi baik pada kategori beras premium maupun beras medium , baik dalam periode bulanan maupun tahunan.
Rata-rata harga beras di penggilingan tercatat sebesar Rp12.948 per kilogram , dengan harga rata-rata beras premium sebesar Rp13.146 per kilogram dan beras medium sebesar Rp12.747 per kilogram .
Penurunan NTP dan NTUP pada Mei 2025 mencerminkan tantangan yang dihadapi petani dalam menjaga daya beli dan efisiensi usaha. Penurunan ini disebabkan oleh kombinasi faktor harga komoditas utama yang menurun, seperti cabai dan bawang merah, serta meningkatnya biaya produksi yang dipicu oleh kenaikan harga input seperti bibit dan upah tenaga kerja.
Subsektor hortikultura menjadi penyumbang utama penurunan NTP karena fluktuasi harga komoditas sayuran yang sangat sensitif terhadap pasokan dan permintaan pasar. Sementara itu, pada subsektor perikanan , meskipun sektor nelayan mengalami kenaikan, penurunan tajam pada pembudidaya ikan menunjukkan ketidakstabilan dalam rantai nilai perikanan.
Kenaikan harga beras, baik untuk kategori premium maupun medium, memberikan gambaran tentang tekanan inflasi pada komoditas pangan pokok. Hal ini dapat berdampak langsung pada daya beli masyarakat, terutama kelompok berpenghasilan rendah yang mengandalkan beras sebagai konsumsi utama.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah perlu melakukan intervensi kebijakan yang tepat, seperti stabilisasi harga komoditas strategis, pengendalian biaya produksi, dan penguatan infrastruktur distribusi pangan guna memastikan ketersediaan dan aksesibilitas pangan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Sumber: Humas Jabar