Breakingnewsjabar.com – BINTUNI | Operasi Alfa Bravo Moskona 2025 yang digelar Polri melibatkan berbagai pihak, termasuk Badan SAR Nasional (Basarnas), sebagai wujud sinergi untuk menangani misi kemanusiaan di tengah tantangan medan yang ekstrem. Kepala Kantor SAR Manokwari, Yefri Sabaruddin, S.P., M.A.P., menegaskan pentingnya kolaborasi dan perencanaan matang dalam menghadapi wilayah operasi yang dikenal sulit dan berisiko tinggi. (28 April 2025)
Sebelum memulai operasi, Basarnas menerima informasi rinci dari Polda Papua Barat terkait kondisi lapangan. Data ini menjadi dasar untuk menentukan strategi, peralatan, dan metode pencarian yang paling efektif. “Informasi akurat dari Polda membantu kami menyiapkan peralatan canggih seperti drone untuk pengamatan zona kuning, serta personel dengan keahlian khusus seperti high angle rescue dan water rescue,” jelas Yefri.
Dalam operasi ini, Basarnas membagi sumber daya ke tiga zona utama: Merah, Kuning, dan Hijau. Zona Merah, yang merupakan area paling berbahaya karena aktivitas Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), menjadi tanggung jawab utama SAR Polri. Namun, Basarnas tetap menurunkan seorang personel ahli untuk mendampingi Kapolda, memastikan keselamatan tim di tengah medan ekstrem seperti hutan lebat dan aliran sungai yang deras.
Di Zona Kuning, Basarnas menggunakan drone untuk melakukan pemantauan visual secara menyeluruh. “Zona Kuning memiliki banyak kendala, seperti arus sungai yang deras dan cuaca yang cepat berubah. Drone sangat membantu untuk memastikan area ini dapat dipindai setiap hari,” kata Yefri. Sementara itu, di Zona Hijau, Basarnas menugaskan sembilan personel yang dilengkapi dengan peralatan pendukung pencarian di dua area utama.
Operasi ini tidak lepas dari berbagai tantangan alam dan lingkungan. “Arus sungai sering kali tak terduga, cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi, serta ancaman hewan buas seperti buaya dan kasuari menjadi hambatan besar bagi tim,” tambah Yefri. Meski demikian, Basarnas terus berkoordinasi dengan Polri untuk memastikan operasi berjalan sesuai prosedur yang aman dan efisien.
Yefri juga menyampaikan harapan agar pencarian ini segera memberikan hasil positif. “Kami berharap menemukan tanda-tanda keberadaan korban, baik berupa pakaian, atribut, atau petunjuk lainnya. Hal ini akan sangat membantu dalam menyelesaikan misi ini,” ungkapnya. Ia juga mengapresiasi langkah Polri yang melibatkan masyarakat setempat untuk memberikan informasi jika melihat indikasi keberadaan korban.
Operasi ini menunjukkan bahwa misi kemanusiaan tidak mengenal batasan, meskipun dihadapkan pada medan yang menantang dan berisiko tinggi. Sinergi antara Polri, Basarnas, TNI, tokoh masyarakat, serta tokoh agama menjadi kunci utama keberhasilan operasi ini. Kolaborasi ini mencerminkan komitmen bersama untuk menemukan Iptu Tomi Samuel Marbun dan menjawab harapan keluarganya.
Sumber: Divisi Humas Polri